Termistor

Termistor (Thermistor) adalah jenis-jenis resistor yang nilai resistansinya sangatlah bergantung pada suhu. Istilah dari termistor ini berasal dari kata termal dan resistor. Umumnya termistor ini terbuat dari oksida logam yang dicetak menjadi manik-manik, cakram, atau pun bentuk silinder dan setelah itu ditutup dengan epoksi atau kaca. Termistor juga bisa bekerja dengan baik, meskipun pada suhu yang ekstrem. Selain dari itu juga, termistor ternyata juga efektif untuk mengukur suhu pada titik tertentu. Kelebihan yang lainnya yaitu termistor mempunyai harga yang relatif cukup murah, tahan lama dan mudah untuk dipergunakan. Termistor juga bisa difungsikan menjadi mengukur suhu oli dan cairan pendingin. Termistor ini juga cocok dipergunakan pada peralatan rumah tangga, contohnya seperti oven dan lemari es. Pada umumnya penggunaannya itu lebih diperuntukkan untuk aplikasi yang membutuhkan sirkuit perlindungan pemanasan atau pendinginan untuk pengoperasian yang aman dan menjaga suhu tetap sesuai.

Jenis - jenis Termistor dan Cara Kerjanya

Berdasarkan model dari konduksinya termistor juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Pertama yaitu Negative Temperature Coefficient (NTC) adalah jenis termistor yang resistansinya menurun pada saat  meningkatnya suhu, dan resistansinya juga akan meningkat pada saat suhu mengalami penurunan. Yang artinya, termistor NTC berbanding terbalik dengan suhu.

2. Setelah itu, yang kedua yaitu Positive Temperature Coefficient (PTC) adalah termistor yang resistansiya juga meningkat seiring dengan kenaikan suhu, dan sebaliknya resistansinya itu juga akan menurun seiring dengan murunnya suhu. Dengan kata yang  lainnya, termistor PTC juga berbanding lurus dengan suhu.

Termistor NTC juga banyak dipergunakan sebagai pembatas arus masuk, sensor suhu, sedangkan termistor PTC dipergunakan sebagai pelindung arus lebih yang mengatur ulang secara self-resetting, dan elemen pemanas yang mengatur secara self-regulating. Agar mengetahui hasilnya, perubahan resistansi termistor juga perlu diubah menjadi suhu, agar dapat menghasilkan data yang terukur.

Perbedaan antara Termistor dan RTD

Resistance Temperature Detectors (RTD) yaitu perangkat sensor suhu yang sama seperti termistor. Tetapi, keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Berikut ini adalah perbedaan antara termistor dan RTD.

1. RTD dipergunakan untuk mengukur suhu yang tinggi, kalau termistor digunakan untuk mengukur suhu perangkat kecil.

2. Akurasi RTD yang rendah dibandingkan dengan termistor. Termistor mempuyai koefisien suhu yang negatif karena itu termistor bisa mendeteksi bahkan perubahan suhu yang terkecil.

3. Termistor akan memberikan respons cepat pada perubahan kecil, sedangkan kalau waktu respons RTD lambat.

4. RTD  yaitu jenis instrumen yang dipergunakan untuk mengukur suhu, sedangkan kalau termistor adalah resistor termal yang resistansinya berubah dengan suhu.

5. RTD terbuat dari logam yang mempunyai koefisien pada suhu positif, kalau termistor terbuat dari bahan semikonduktor.

6. Grafik karakteristik antara resistansi dan suhu RTD yaitu linier, kalau termistor tidak termasuk linier.

7. RTD ini kurang sensitif dibandingkan dengan termistor.

8. Termistor ini terbuat dari campuran oksida logam, kalau RTD terbuat dari logam murni.

9.  Biaya dari termistor ini jauh lebih tinggi dari pada RTD.

10. Resistivitas RTD ini lebih kecil dibandingkan dengan termistor.

11.  Termistor mempunyai akurasi yang sama atau lebih baik daripada RTD

12.  Termistor memungkinkan penggunaan kabel yang lebih panjang  dibandingkan dengan RTD

13.  Termistor dipergunakan untuk mengukur rentang suhu yang kecil (antara -55°C dan + 114°C), sedangkan RTD mengukur suhu sampai  850ºC.

14.  Ukuran RTD juga jauh lebih besar dibandingkan dengan termistor.

15.  Efek histeresis pada termistor ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan dengan RTD.

Pelajari lebih lanjut dengan menghubungi kontak berikut ini : 081515889939 (Elga Aris Prastyo).