Revolusi Industri 2.0 dan Revolusi Industri 3.0

Revolusi Industri 2.0

Munculnya revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20 yang dikenal dengan revolusi teknologi. Revolusi industri yang terjadi ini ditandai dengan adanya penemuan tenaga listrik yang membuat mesin uap yang tadinya sering digunakan dalam proses produksi yang semakin lama digantikan dengan adanya tenaga listrik tersebut.

Tetapi, terdapat kendala yang bisa menghambat proses produksi yang terjadi di sebuah pabrik adalah permasalahan transportasi. Pada akhir tahun 80-an, transportasi mobil mulai diproduksi secara massal. Tetapi, proses tersebut tidak membuat pembuatan transportasi mobil lebih singkat dikarenakan setiap kendaraan yang ada harus dirakit dari awal hingga akhir oleh seorang perakit mobil.

Hal ini mempunyai arti, bila proses produksi transportasi tersebut ingin cepat selesai membutuhkan tenaga banyak orang untuk merakit mobil di waktu yang bersamaan. Tetapi, dengan adanya lini produksi atau yang dikenal dengan assembly line pada tahun 1913 yang memakai ban berjalan atau conveyor belt memudahkan proses produksi yang terjadi sehingga terciptanya sebuah revolusi.

Revolusi itu menyebabkan proses produksi yang ada menjadi berubah secara keseluruhan. Dengan adanya hal itu, proses produksi mobil tidak membutuhkan banyak tenaga kerja untuk merakit dari awal sampai akhir, tapi karena adanya bantuan kemajuan teknologi tersebut, sebuah proses produksi transportasi mobil hanya memerlukan perakit mobil agar menjadi spesialis yang masing-masing mengurus satu bagian saja.

Penemuan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam combustion chamber ini sendiri yang menandakan terjadinya revolusi industri 2.0. Penemuan tersebut yang memicu berbagai kemunculan teknologi baru, seperti pesawat terbang, pesawat telepon, serta mobil dan masih banyak lainnya yang mempengaruhi kemajuan seluruh dunia secara signifikan.

Dampak dari revolusi industri 2.0 ini dapat kita lihat dengan adanya kejadian Perang Dunia II, dimana pada hal tersebut terdapat berbagai kendaraan perang, contohnya tank, pesawat tempur hingga senjata lainnya melakukan proses produksi dalam skala yang besar.

Pada era revolusi industri ini juga terjadinya perkembangan pada manajemen bisnis yang membuat semakin besarnya kemungkinan untuk meningkatkan efektifitas dan juga efisiensi berbagai fasilitas yang ada di industri.

Revolusi tersebut yang membuat terbentuknya berbagai divisi pekerjaan yang dimana setiap individu maupun pekerja hanya berfokus pada pekerjaannya pada bagian tertentu dari keseluruhan produksi yang ada. Sehinnga, assembly lines atau proses manufaktur yang ada, dimana setiap divisi mempunyai perannya masing-masing dan disusun berdasarkan urutan yang jelas untuk menciptakan sebuah produk dari proses yang berlangsung akan lebih efisien dan juga lebih cepat.

Revolusi Industri 3.0

Munculnya revolusi industri 3.0 yang terjadi pada akhir abad ke-20 ditandai dengan adanya teknologi digital dan juga internet. Berdasarkan sosiolog Inggris yang bernama David Harvey yang mengemukakan cara pandangannya mengenai revolusi industri yang terjadi di masa ini sebagai sebuah proses pemampatan ruang dan waktu yang semakin terkompresi.

Revolusi 3.0 ini dipicu dengan adanya berbagai mesin yang bisa bergerak dan juga berpikir secara otomatis yang dibuat dalam bentuk robot dan juga komputer. Puncak revolusi 3.0 ini sendiri ditandai dengan adanya revolusi digital. Dimana membuat ruang dan waktu yang ada tidak lagi menjadi sebuah jarak.

Salah satu komputer pertama yang dibuat merupakan inovasi yang dikembangkan pada era Perang Dunia II yang digunakan sebagai mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman yang diberi nama dengan nama Colossus. Komputer tersebut adalah sebuah mesin raksasa yang mempunyai ukuran sebesar ruang tidur.

Komputer tersebut tidak mempunyai RAM dan tidak dapat menerima perintah melalui keyboard. Komputer itu hanya bisa menerima perintah dengan melalui pita kertas yang ada dan memerlukan daya listrik yang sangat besar dengan 8.500 watt. Inovasi dari hasil revolusi industri 3.0 diantaranya adalah munculnya akses internet,  teknologi komputer, pemakaian berbagai peralatan elektronik smartphone, berbagai inovasi pada sistem perangkat lunak dan inovasi pada pengembangan sumber energi baru.

Setelah Perang Dunia II selesai kemajuan teknologi komputer mengalami perkembangan yang sangat pesat. Berbagai penemuan seperti transistor, semikonduktor, bahkan kemunculan IC (Integrated Chip) yang membuat komputer berukuran lebih kecil, menggunakan daya listrik yang sedikit, dan juga kemampuan menghitung serta menerima perintah yang semakin canggih.

Dengan adanya revolusi industri 3.0 ini, banyak industri pabrik yang lebih memilih untuk menggunakan mesin dibandingkan tenaga manusia yang peluang lowongan tenaga semakin sempit. Ini dikarenakan, penggunaan mesin yang semakin canggih tersebut bisa membuat proses produksi berkali-kali lipat lebih cepat dan juga lebih berkualitas. Kemunculan bisnis dengan dasar teknologi semakin banyak, sehingga munculnya sebuah istilah yang disebut dengan Technopreneur. Pelajari lebih lanjut dengan menghubungi kontak berikut ini : 081515889939 (Elga Aris Prastyo).