Kecepatan atau Speed Internet Bukan Menjadi Syarat Utama Untuk Penerapan Internet of Things (IoT)

Speed Internet

Speed Internet atau kecepatan internet belakangan ini menjadi isu yang kerap dibicarakan karena ketergantungan manusia pada internet semakin tinggi. Terutama setelah kasak-kusuk Internet of Things (IoT) gaungnya semakin nyaring terdengar pasca revolusi industri 4.0 diresmikan oleh mentri perindustrian beberapa tahun yang lalu. Speed internet seakan menjadi kewajiban dalam mengakses suatu informasi atau data baik visual maupun video melalui internet.

Hal ini menjadi wajar karena banyak orang ingin melakukan segala sesuatu dengan cepat dan waktu yang singkat, terutama dalam penerapannya pada Internet of Things (IoT) atau internet untuk segalanya. Namun, apakah iya speed internet menjadi acuan dasar untuk bisa menerapkan Internet of Things (IoT) seperti pada contoh Smart Home atau penerapan peralatan rumah tangga yang bisa dihubungkan dan diotomatisasi satu dengan yang lain?

Smart home (rumah pintar) adalah teknologi pemanfaat internet untuk mengkoneksikan dan menghubungkan semua peralatan dalam rumah tangga agar bisa berjalan otomatis hanya melalui satu klik saja melalui jari jemari di gawai atau smartphone. Contoh penerapan dari smart home adalah seperti pengaturan lampu, tirai, AC, dan lainnya secara otomatis atau terjadwal. Smart home ini yang kemudian cukup menarik hati orang-orang terutama yang mempunyai kesadaran tentang teknologi masa depan dengan kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan dalam menunjang kehidupan di dalam rumah.

Tetapi permasalahan jaringan internet di Indonesia menjadi salah satu momok yang kerap seseorang menahan keinginan untuk membuat smart home. Pada akhirnya pengendalian Internet of Things (IoT) melalui gawai atau smartphone masih membutuhkan arsitektur jaringan internet yang memadai.

Meskipun begitu, nyatanya hari ini untuk bisa membuat smart home tidak selalu membutuhkan kapasitas internet yang besar. Benny Wiratmaka, SMB Product Manager TP-Link Indonesia, memberikan penjelasan mengenai hal ini. Beliau menuturkan:

"Speed internet untuk menjalankan smart home itu gak perlu kencang, kecepatan 1 Mbps sampai 5 Mbps saja sudah lebih dari cukup, yang menjadi penting adalah kestabilan pada jaringan, bukan speed internet." ujar Benny dalam acara temu media di Jakarta pada Rabu (14/6).

Beliau melanjutkan penuturannya bahwa gawai IoT yang kerap dipasang, hanya dibutuhkan kurang dari 10 MB internet per bulan. Pasalnya, flow data yang dikirim dan diterima dalam satu perintah besarannya kurang dari 1KB. Hal ini tentu jauh berbeda jika dibandingkan dengan konsumsi data untuk penggunaan sosial media  dan live streaming yang membutuhkan banyak kuota dan speed internet.

Akan tetapi khusus untuk gawai IoT seperti IP kamera tetap membutuhkan banyak kuota dan speed internet yang mumpuni. Hal itu karena akses data yang dikirimkan berupa video secara langsung (live) sehingga memerlukan kapasitas internet yang cukup besar seperti saat seseorang melakukan live streming video.

Di acara yang sama, TP-Link juga menyoroti tiga perangkat IoT yang masuk dalam kategori smart home. Mereka adalah bohlam atau lampu pintar, colokan atau soket pintar, dan kamera cloud.

TP-Link Smart Wi-Fi LED Bulb LB100 adalah bola lampu LED yang dapat mengontrol tingkat kecerahan dari ponsel Anda untuk menjadwalkannya untuk hidup atau mati. Lampu ini kompatibel dengan sistem operasi Android (versi 4.1 ke atas), iOS (versi 8 ke atas), Amazon Alexa, dan Google Assistant melalui aplikasi gratis bernama Kasa.

Lalu ada Wi-Fi Smart Plug HS100, perangkat stopkontak pintar yang dapat mengontrol perangkat elektronik lain yang dicolokkan ke dalamnya. Misalnya, peralatan TV atau audio di ruang tamu, jika dihubungkan ke stopkontak ini dan menggunakan Amazon Echo, pengguna dapat menyalakan atau mematikannya, atau bahkan menjadwalkan aktivasi hanya dengan perintah suara.

Selanjutnya adalah kamera cloud NC450. Perangkat ini mempunyai 2 fungsi utama, yaitu sebagai kamera keamanan rumah dan untuk kamera rapat. Dengan memiliki 2 sensor pendeteksi dengan suara dan gerak. Orientasi kamera bisa diputar 300 derajat ke samping dan 100 derajat ke atas. Kamera juga dapat bergerak ke samping atau ke atas dan ke bawah. Karena ada motor yang berputar, bergerak searah dengan arah kamera. Sudutnya juga bisa digerakkan hingga 300 derajat ke kiri dan ke kanan. Dan posisi ke atas bisa mencapai 100 derajat.

Selain itu, juga terdapat antena WiFi di bagian belakang, yang bisa diganti jika membutuhkan penerimaan sinyal yang lebih kuat di rumah. Sebagai alat monitoring dan komunikasi, NC450 telah menempatkan speaker di sisi kiri dan kanan serta dilengkapi dengan microphone. Untuk media penyimpanan rekam video, terdapat slot microSD dengan kapasitas maksimal 32GB.

Pelajari lebih lanjut dan dapatkan konsultasi secara gratis mengenai seluk beluk Internet of Things dan beragam jenis penerapannya pada kontak di bawah ini :

Elga Aris Prastyo, S.Pd, S.E : 081515889939 (Whatsapp)

Posting Komentar

0 Komentar